“Rosie, teman kamu nunggu tuh,” Ibu memanggilku.
Jangan panggil nama itu lagi dong Bu, kataku dalam hati. Aku tidak bergegas keluar kamar menemui Adrian melainkan berjalan dengan langkah malas dan menghempaskan diri di kursi di hadapannya, tidak berkata apa-apa, tidak pula memandangnya. Tadinya kupikir karena tidak pernah lagi melihatnya selama dua minggu terakhir ini, aku tidak akan pernah bertemu lagi untuk selamanya. Namun di saat-saat tertentu rasa rindu itu muncul juga.